Di sisi lain, tawaran investasi bodong yang dikemas rapi beredar melalui aplikasi pesan instan.
Inilah realitas banyak orang Indonesia hari ini: melek teknologi, tetapi masih rendah dalam literasi keuangan.
Menurut Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) OJK tahun 2022, tingkat literasi keuangan masyarakat Indonesia baru mencapai 49,68%
sedangkan tingkat inklusi keuangan sudah 85,10%. Artinya, meski akses layanan keuangan semakin luas
belum semua orang
benar-benar paham cara menggunakan produk tersebut secara bijak.
Di era digital, gap ini bisa berbahaya. Kesenjangan pengetahuan membuat masyarakat
rentan terjebak dalam pinjaman online ilegal, investasi palsu, hingga jebakan
konsumtif.
Data OJK Gambaran Literasi Keuangan Terkini
OJK merilis data yang cukup membuka mata:
-Literasi Keuangan
Nasional 2022: 49,68% (naik dari 38,03% pada 2019).
-Inklusi Keuangan
Nasional 2022: 85,10% (naik dari 76,19% pada 2019).
-Gap
Literasi-Inklusi: sekitar 35%.
-Kelompok Rentan:
masyarakat pedesaan, perempuan, generasi muda, dan UMKM.
Data ini mengindikasikan bahwa akses bukanlah masalah utama. Tantangan
terbesarnya adalah pemahaman.
Menurut OJK, banyak masyarakat menggunakan produk keuangan tanpa tahu risiko dan manfaatnya.
Contoh: pengguna kartu kredit yang hanya fokus pada limit
belanja, tanpa memahami bunga dan denda keterlambatan.
Kisah Nyata dari Lapangan
Sebut saja Sari, ibu rumah tangga di Banjarbaru. Ia tergiur tawaran arisan online dengan iming-iming return 50% dalam sebulan.
Awalnya lancar, namun pada
putaran ketiga, admin kabur membawa uang puluhan juta. Sari mengaku, “Saya kira
sama saja seperti menabung, ternyata skema tipu-tipu.”
Kisah Sari bukan satu-dua. OJK mencatat lebih dari 5.000 pengaduan investasi ilegal sepanjang 2022.
Ironisnya, sebagian besar korban justru pengguna aktif media sosial yang sebenarnya memiliki akses informasi.
Langkah Praktis Meningkatkan Literasi Keuangan
Memahami Dasar-Dasar Keuangan
-Catat pemasukan
dan pengeluaran: Gunakan aplikasi keuangan digital.
-Prioritaskan
kebutuhan: Bedakan keinginan vs kebutuhan.
-Sisihkan
tabungan: Terapkan prinsip “bayar diri sendiri dulu” minimal 10%.
Edukasi dari Sumber Terpercaya
-OJK Edukasi:
OJK memiliki portal SikapiUangmu yang menyajikan artikel, kalkulator keuangan,
hingga modul belajar.
-Bank Indonesia
(BI): Menyediakan literatur tentang pembayaran digital dan manajemen
uang.
-Kementerian Keuangan:
Rilis seri edukasi tentang obligasi ritel, pajak, dan APBN.
Manfaatkan Teknologi Digital
-Aplikasi Edukasi
Keuangan: Banyak startup fintech edukasi yang menyediakan simulasi
investasi aman.
-Podcast &
Webinar: OJK dan lembaga keuangan sering mengadakan webinar gratis.
-Konten YouTube:
Edukator finansial independen (financial influencer) bisa jadi referensi, tapi
tetap verifikasi informasi.
Kenali Produk Keuangan dengan Cermat
-Tabungan &
Deposito: Cocok untuk simpanan aman.
-Reksa Dana:
Untuk pemula yang ingin belajar investasi.
-Saham &
Obligasi: Cocok untuk literasi tingkat lanjut.
-Asuransi:
Pelajari polis secara detail sebelum membeli.
Cerdas Menghadapi Tawaran “Menggiurkan”
-Cek Legalitas:
Pastikan perusahaan terdaftar di OJK.
-Waspada Return
Tinggi: Jika terdengar terlalu indah, kemungkinan besar penipuan.
-Gunakan Logika:
Jangan tergiur hanya karena banyak testimoni di media sosial.
Bangun Komunitas Belajar
-Kelas Online:
Banyak komunitas finansial membuka kursus gratis.
-Diskusi Keluarga:
Mulai dari lingkaran terdekat agar budaya literasi keuangan terbentuk.
-Kolaborasi dengan
Sekolah & Kampus: Generasi muda perlu dibekali sejak dini.
Rute Akses Sumber Belajar
-Sikapi Uangmu
(OJK) – Artikel, kalkulator, hingga modul PDF gratis.
-Kampus Keuangan
(Kemenkeu Learning Center) – Sumber pembelajaran formal.
-Aplikasi
Perencana Keuangan – Seperti Finansialku, Money Lover, dan aplikasi
bank digital.
-Webinar &
Workshop Gratis – Diselenggarakan OJK, BI, maupun universitas.
-Media Sosial OJK
– Edukasi dalam format singkat dan interaktif.
Tantangan Literasi Keuangan di Era Digital
-Overload
Informasi: Banyak konten keuangan beredar, namun tidak semua akurat.
-Pinjaman Online
Ilegal: Masih marak meski OJK rutin melakukan pemblokiran.
-Generasi Z
Konsumtif: Belanja impulsif di e-commerce sering melebihi kemampuan.
-Gap Pendidikan:
Akses informasi di kota lebih mudah dibanding pedesaan.
Peran Semua Pihak
-Pemerintah &
Regulator: Terus memperluas kampanye literasi.
-Lembaga Keuangan:
Transparan soal produk dan risikonya.
-Masyarakat:
Aktif mencari pengetahuan, bukan hanya tergoda iming-iming.
-Media:
Memberikan informasi berbasis fakta, bukan sekadar promosi.
Meningkatkan literasi keuangan di era digital bukan sekadar kemampuan menghitung bunga tabungan atau memahami investasi.
Ini adalah keterampilan hidup yang menentukan masa depan.Dengan data OJK sebagai rujukan, tips praktis,
serta rute sumber belajar yang jelas, masyarakat Indonesia bisa lebih
terlindungi dari jebakan finansial sekaligus lebih cerdas mengelola uang.
Jika setiap individu mengambil satu langkah kecil, misalnya rutin membaca artikel edukasi OJK atau mencatat pengeluaran harian,
maka literasi keuangan
nasional akan meningkat secara signifikan.