Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sejak
2022 meluncurkan Digital Financial Literacy (DFL) Modul Tubuh Pengetahuan
Digital Finansial.
Program ini berangkat dari kebutuhan
literasi finansial yang semakin mendesak di era serba digital. Meski indeks
inklusi keuangan Indonesia terus meningkat, gap antara pemahaman literasi dan
praktik masih lebar.
Kampus dipilih sebagai basis
distribusi modul, bukan tanpa alasan. Generasi muda, terutama mahasiswa,
dianggap sebagai agen perubahan yang nantinya akan masuk dunia kerja, bisnis,
dan ekonomi digital.
“Kalau literasi finansial tidak
ditanam sejak di bangku kuliah, risiko kesalahan finansial akan terus terjadi,”
ungkap Nadia Kurnia, staf OJK Regional Denpasar, saat ditemui tim
investigasi kami.
Apa
Saja Isi Lima Modul DFL OJK?
DFL OJK Modul Tubuh Pengetahuan
Digital Finansial terdiri dari lima modul utama yang dirancang untuk
menjawab tantangan literasi di kalangan generasi digital:
Modul 1 – Pengantar Literasi
Keuangan Digital
-Menjelaskan konsep dasar keuangan digital, mulai dari
e-wallet, mobile banking, hingga investasi online.
-Fokus pada pemahaman risiko keamanan siber.
Modul 2 – Manajemen Keuangan Pribadi
di Era Digital
-Menekankan budgeting berbasis aplikasi keuangan.
-Memberi studi kasus mahasiswa yang terlilit utang paylater.
Modul 3 – Produk & Layanan Jasa
Keuangan Digital
-Membahas fintech lending, P2P lending, dan layanan bank
digital.
-Membedakan produk legal berizin OJK dan ilegal.
Modul 4 – Perlindungan Konsumen
Digital
-Mengajarkan hak dan kewajiban konsumen di ranah digital.
-Cara melaporkan penipuan fintech ilegal.
Modul 5 – Strategi Investasi Digital
-Panduan praktis berinvestasi aman di reksadana online, saham
digital, dan emas digital.
-Fokus pada prinsip “kenali risiko sebelum menanam modal”.
“Kelima modul ini kami susun untuk
membentuk tubuh pengetahuan utuh, bukan parsial,” kata Dr. Riza Pratama,
salah satu penyusun modul DFL OJK.
Penyebaran
di Kampus, Dari Padang hingga Denpasar
Sejak 2023, DFL OJK mulai
menggulirkan program ini di berbagai kota. Padang, Malang, dan Denpasar
menjadi tiga contoh pilot project.
-Padang
Modul digunakan di Universitas Negeri Padang sebagai mata kuliah tambahan dalam
program kewirausahaan. Respon mahasiswa cukup tinggi karena banyak yang sudah
berinteraksi dengan aplikasi pinjaman online.
-Malang
Universitas Brawijaya dan Universitas Negeri Malang bekerja sama dengan OJK.
Modul dipakai dalam workshop “Mahasiswa Cerdas Finansial Digital”.
-Denpasar
Bali yang menjadi pusat pariwisata digital menjadikan literasi keuangan digital
sangat relevan. Kampus-kampus di Denpasar menekankan modul perlindungan
konsumen karena kasus penipuan fintech ilegal sering terjadi.
Menurut catatan investigasi kami, distribusi modul masih terbatas pada kota-kota besar. Desa-desa sekitar kampus justru belum banyak disentuh.
“Kami baru menjangkau mahasiswa, padahal
masyarakat sekitar juga butuh,” ujar Agung Satria, dosen Universitas
Udayana.
Efektivitas, Hasil Survei Pengguna
Bagaimana efektivitas modul ini? Tim
kami mengumpulkan data dari survei internal OJK dan wawancara langsung dengan
pengguna.
-Survei OJK 2024
terhadap 1.200 mahasiswa di tiga kota (Padang, Malang, Denpasar) menunjukkan:
-82% mahasiswa
merasa lebih percaya diri mengelola keuangan digital.
-67% mahasiswa
mulai menggunakan aplikasi pencatat keuangan.
-45% mahasiswa
yang sebelumnya tergoda pinjaman online ilegal kini lebih selektif.
Namun, survei lapangan kami
menemukan tantangan:
-Mahasiswa di luar kota besar kesulitan mengakses modul
digital karena keterbatasan internet.
-Materi modul masih dianggap “teoritis” oleh sebagian peserta. “Bagus sih, tapi kadang terlalu jauh dari realita mahasiswa yang sehari-hari hidup pas-pasan,” kata Dewi, 21 tahun, mahasiswi asal Malang.
Cerita dari Malang
Di sela investigasi, kami bertemu Andika
(22 tahun), mahasiswa asal Trenggalek yang kuliah di Malang. Sebelum
mengikuti modul, ia pernah terjebak utang aplikasi paylater hingga Rp4 juta.
“Awalnya buat beli laptop, tapi terus-terusan kebablasan. Baru sadar setelah ikut kelas DFL, ternyata ada cara ngatur prioritas pengeluaran,” ceritanya.
Kini Andika menggunakan aplikasi
budgeting yang direkomendasikan dalam modul dan berhasil melunasi utangnya
dalam enam bulan.
Cerita seperti Andika menunjukkan
bahwa modul ini bukan sekadar teori, tetapi bisa mengubah perilaku finansial
nyata.
Kritik
dan Celah Program
Meski efektif, ada beberapa kritik
dari akademisi dan peserta:
-Keterbatasan Jangkauan:
Fokus masih di kampus besar, padahal mahasiswa kampus swasta kecil juga
berisiko.
-Konten Masih Top-down:
Modul didesain oleh regulator tanpa banyak melibatkan pengalaman langsung
mahasiswa.
-Evaluasi Jangka Panjang:
Belum ada studi yang mengukur apakah literasi ini bertahan setelah mahasiswa
lulus.
“Kalau OJK mau serius, modul harus
adaptif. Bukan hanya presentasi satu arah, tapi lebih interaktif dengan
simulasi nyata,” ujar Prof. Lestari, pakar keuangan Universitas Padang.
DFL OJK Modul Tubuh Pengetahuan Digital Finansial telah menjadi terobosan penting dalam literasi keuangan digital di kalangan mahasiswa.
Lima modul inti mencakup aspek penting
dari pengelolaan keuangan digital, perlindungan konsumen, hingga investasi.
Distribusi di kampus Padang, Malang, dan Denpasar menunjukkan hasil positif, terbukti dari meningkatnya kepercayaan diri mahasiswa dalam mengelola keuangan digital.
Namun, tantangan masih ada:
keterbatasan jangkauan, konten yang perlu lebih membumi, dan evaluasi jangka
panjang.
Jika OJK berhasil mengatasi celah tersebut, maka modul ini bisa menjadi standar literasi finansial digital nasional.