Copyright 2025 © GM Academy
UMKM Go Digital: Jasa Pembuatan Website UMKM, Sekolah dan Pesantren.
UMKM Go Digital: Jasa Pembuatan Website UMKM, Sekolah dan Pesantren.
Jasa Pembuatan Website UMKM
Jasa Pelatihan Digital Marketing
Jasa Pembuatan Website Sekolah
Jasa Pelatihan Digital Marketing
Jasa Optimasi SEO untuk UMKM
Jasa Pelatihan Digital Marketing UMKM
Jasa Press Release Media Online
Pelatihan Digital Marketing di Sekolah
Program Magang Digital Marketing SMK dan Mahasiswa
Pelatihan Pemasaran Digital UMKM
Jasa Optimasi Digital Marketing
Jasa Optimasi Digital Marketing

Peran Pemerintah dalam Mendorong Ekonomi Hijau dan Bisnis Berkelanjutan

Pemerintah berperan penting dalam mendorong ekonomi hijau dan bisnis berkelanjutan melalui regulasi, insentif, dan dukungan kebijakan.
Jasa Pembuatan Website

Perubahan iklim, degradasi lingkungan, dan menipisnya sumber daya alam telah menjadi tantangan global yang mendesak. Dunia internasional menekankan pentingnya transisi menuju ekonomi hijau sebagai salah satu strategi utama untuk memastikan keberlanjutan bumi. Indonesia, sebagai negara dengan kekayaan alam melimpah dan populasi besar, memiliki tanggung jawab besar sekaligus peluang untuk mengarahkan pembangunan ekonominya ke arah yang lebih ramah lingkungan.

Dalam konteks ini, peran pemerintah tidak bisa diabaikan. Pemerintah memiliki kewenangan untuk menyusun regulasi, memberikan insentif, sekaligus menghadirkan infrastruktur pendukung yang dapat mempercepat transformasi menuju ekonomi hijau. Tanpa dukungan kebijakan publik yang kuat, bisnis hijau hanya akan berkembang secara sporadis dan lambat.

Artikel ini akan membahas bagaimana peran pemerintah Indonesia dalam mendorong ekonomi hijau dan bisnis berkelanjutan melalui kebijakan regulatif, insentif fiskal, program strategis, hingga studi kasus implementasi di lapangan. Selain itu, tantangan dan arah ke depan juga akan diuraikan untuk memberikan gambaran yang lebih komprehensif.

 

1. Kebijakan Pemerintah untuk Mendorong Bisnis Hijau

a. Regulasi Emisi dan Standar Lingkungan

Salah satu instrumen utama pemerintah dalam mendorong ekonomi hijau adalah regulasi yang berkaitan dengan emisi dan standar lingkungan. Indonesia telah menegaskan komitmennya melalui Paris Agreement untuk menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 31,89% secara mandiri, dan hingga 43,20% dengan dukungan internasional pada tahun 2030.

Untuk mendukung komitmen tersebut, pemerintah memberlakukan standar emisi kendaraan bermotor, kewajiban penggunaan energi bersih dalam sektor industri, serta sertifikasi industri hijau. Kebijakan ini tidak hanya mendorong efisiensi energi, tetapi juga menekan polusi udara dan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil.

b. Green Procurement (Pengadaan Barang dan Jasa Hijau)

Belanja pemerintah memiliki daya dorong besar terhadap perekonomian. Oleh karena itu, konsep green procurement diterapkan untuk memastikan bahwa pengadaan barang dan jasa oleh pemerintah mengutamakan produk ramah lingkungan. Misalnya, penggunaan kertas daur ulang, kendaraan listrik sebagai armada operasional, atau instalasi energi surya di gedung pemerintahan.

Dengan belanja negara yang triliunan rupiah, kebijakan ini menciptakan permintaan pasar yang signifikan, sehingga industri terdorong untuk memproduksi barang dan jasa yang berkelanjutan. Efek domino ini membantu mempercepat perubahan pola produksi dan konsumsi di masyarakat.

c. Laporan ESG (Environmental, Social, and Governance)

Aspek tata kelola perusahaan yang baik (ESG) kini menjadi perhatian global. Pemerintah Indonesia melalui Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah mewajibkan perusahaan publik menyusun laporan keberlanjutan. Laporan ini mencakup pengelolaan dampak lingkungan, sosial, serta penerapan tata kelola yang bertanggung jawab.

Kebijakan ini mendorong transparansi sekaligus memberikan tekanan moral dan ekonomi bagi perusahaan untuk menjalankan praktik yang lebih berkelanjutan. Perusahaan yang gagal memenuhi standar ESG berpotensi kehilangan kepercayaan investor maupun konsumen.

 

2. Insentif Pajak dan Subsidi bagi Perusahaan Hijau

Regulasi saja tidak cukup. Untuk mendorong adopsi praktik hijau, pemerintah memberikan berbagai insentif fiskal dan subsidi.

a. Insentif Pajak

Perusahaan yang berinvestasi dalam energi terbarukan atau teknologi ramah lingkungan berhak memperoleh potongan pajak. Misalnya, tax holiday bagi proyek energi surya, panas bumi, hingga kendaraan listrik. Kebijakan ini membuat biaya investasi menjadi lebih ringan sehingga perusahaan lebih terdorong untuk mengembangkan proyek hijau.

b. Subsidi Energi Hijau

Pemerintah juga memberikan subsidi untuk mendorong pemanfaatan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) atap. Subsidi ini berlaku baik untuk rumah tangga maupun sektor industri, sehingga masyarakat luas dapat menikmati energi bersih dengan harga terjangkau.

c. Kredit dan Pendanaan Hijau

Melalui kerja sama dengan lembaga keuangan, pemerintah meluncurkan skema pembiayaan murah untuk proyek ramah lingkungan. Kredit hijau ini memberikan bunga rendah bagi perusahaan yang mengembangkan proyek energi terbarukan, pengelolaan limbah, atau produksi berkelanjutan. Dengan demikian, hambatan pembiayaan yang sering kali menjadi kendala dapat diatasi.

 

3. Studi Kasus: Program Pemerintah Indonesia

Untuk melihat peran nyata pemerintah, berikut adalah beberapa contoh program strategis yang telah dijalankan:

a. Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)

Energi surya menjadi fokus utama dalam transisi energi di Indonesia. Program PLTS atap yang digalakkan pemerintah bertujuan meningkatkan bauran energi terbarukan sekaligus menekan ketergantungan pada batu bara. Dengan potensi sinar matahari yang melimpah sepanjang tahun, PLTS diharapkan mampu menjadi sumber energi bersih yang berkelanjutan.

b. Percepatan Kendaraan Listrik

Sektor transportasi adalah penyumbang utama polusi udara. Untuk mengatasinya, pemerintah meluncurkan kebijakan percepatan kendaraan bermotor listrik berbasis baterai (KBLBB). Insentif berupa subsidi pembelian kendaraan listrik, pembebasan pajak, hingga pembangunan infrastruktur stasiun pengisian baterai merupakan langkah nyata untuk memperluas adopsi kendaraan ramah lingkungan.

c. Program Industri Hijau

Kementerian Perindustrian menjalankan program sertifikasi industri hijau yang mendorong perusahaan menerapkan efisiensi energi, pengelolaan limbah, dan penggunaan bahan baku berkelanjutan. Perusahaan yang berhasil memperoleh sertifikasi industri hijau akan mendapatkan insentif, termasuk kemudahan akses pasar dan reputasi yang lebih baik di mata konsumen global.

 

4. Tantangan dan Arah ke Depan

Meski berbagai kebijakan telah dilaksanakan, transisi menuju ekonomi hijau tetap menghadapi sejumlah tantangan.

a. Keterbatasan Anggaran

Pembangunan infrastruktur energi terbarukan dan subsidi kendaraan listrik membutuhkan dana yang besar. Sementara itu, anggaran negara terbatas dan masih harus dibagi dengan kebutuhan lain seperti kesehatan, pendidikan, dan infrastruktur dasar.

b. Resistensi dari Pelaku Usaha

Tidak semua pelaku usaha siap bertransformasi. Sebagian menilai investasi hijau membutuhkan biaya tinggi dan pengembalian yang lama. Hal ini menyebabkan munculnya resistensi, terutama dari sektor industri tradisional yang sudah lama bergantung pada bahan bakar fosil.

c. Kesenjangan Teknologi

Teknologi hijau masih didominasi oleh negara maju. Indonesia perlu meningkatkan kapasitas riset dan pengembangan dalam negeri agar tidak selalu bergantung pada teknologi impor yang mahal.

d. Pentingnya Kolaborasi

Untuk mengatasi tantangan tersebut, kolaborasi lintas sektor menjadi kunci. Pemerintah, industri, akademisi, dan masyarakat harus bekerja sama dalam menciptakan ekosistem yang mendukung inovasi hijau. Model triple helix—sinergi antara pemerintah, dunia usaha, dan perguruan tinggi—dapat mempercepat adopsi teknologi sekaligus memastikan keberlanjutan program.

 


Kesimpulan

Pemerintah memegang peran penting dalam transisi menuju ekonomi hijau. Melalui regulasi, insentif, dan program strategis seperti PLTS dan kendaraan listrik, pemerintah mendorong dunia usaha lebih ramah lingkungan.

Bagi perusahaan, kebijakan ini menjadi peluang sekaligus tantangan. Mereka yang mampu beradaptasi akan meraih keuntungan berupa efisiensi, reputasi baik, dan akses pasar global.

Ke depan, pemerintah perlu memperluas insentif, mendukung riset teknologi hijau, dan memperkuat kerja sama dengan industri serta akademisi. Dengan langkah tersebut, Indonesia berpotensi menjadi pelopor ekonomi hijau yang berdaya saing dan berkelanjutan.

 


Jasa Pembuatan Website
Jasa Press Release Media Online
Jasa Pembuatan Website UMKM
Pelatihan Digital Marketing untuk UMKM
PixxelPro Digital ID