Copyright 2025 © GM Academy
UMKM Go Digital: Jasa Pembuatan Website UMKM, Sekolah dan Pesantren.
UMKM Go Digital: Jasa Pembuatan Website UMKM, Sekolah dan Pesantren.
Jasa Pembuatan Website UMKM
Jasa Pelatihan Digital Marketing
Jasa Pembuatan Website Sekolah
Jasa Pelatihan Digital Marketing
Jasa Optimasi SEO untuk UMKM
Jasa Pelatihan Digital Marketing UMKM
Jasa Press Release Media Online
Pelatihan Digital Marketing di Sekolah
Program Magang Digital Marketing SMK dan Mahasiswa
Pelatihan Pemasaran Digital UMKM
Jasa Optimasi Digital Marketing
Jasa Optimasi Digital Marketing

Mindset Kaya vs Mindset Orang Biasa, Rahasia Psikologi Finansial

Cari tahu perbedaan mindset finansial orang kaya dan orang biasa: pola pikir soal uang, investasi, dan risiko.
Jasa Pembuatan Website

Mindset Kaya vs  Mindset Orang Biasa

Jika kita menelusuri cerita orang sukses di dunia, ada satu benang merah yang hampir selalu muncul: mereka tidak hanya bekerja untuk uang, tapi membuat uang bekerja untuk mereka.

Inilah perbedaan paling mendasar antara mindset orang kaya dan orang biasa.

-Orang biasa cenderung melihat uang hanya sebagai alat tukar untuk kebutuhan sehari-hari. Gaji masuk, lalu habis untuk konsumsi.

-Orang kaya memandang uang sebagai aset produktif. Mereka bertanya: "Bagaimana caranya uang ini bisa bertambah nilainya?"

Dalam dunia investasi, pola pikir ini sangat terlihat.

Menurut data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tahun 2022, tingkat literasi keuangan masyarakat Indonesia baru mencapai 49,68%, sementara inklusi keuangan di angka 85,10%.

Artinya, banyak orang sudah menggunakan produk keuangan (misalnya pinjaman online atau tabungan), tapi belum memahami cara mengelolanya dengan benar.

Orang kaya berinvestasi dengan perhitungan matang. Mereka menyebar aset, mengelola risiko, dan siap kehilangan sebagian demi potensi imbal hasil jangka panjang.

Sebaliknya, orang biasa lebih memilih zona nyaman: tabungan di bank atau arisan.

 

Studi Kasus Survei OJK tentang Literasi Keuangan

Mari kita lihat lebih dalam hasil survei OJK.

-49,68% literasi keuangan artinya hanya separuh masyarakat yang paham tentang instrumen keuangan seperti reksa dana, saham, atau obligasi.

-85,10% inklusi keuangan menunjukkan mayoritas sudah memiliki rekening atau akses ke produk finansial, tapi sering hanya sebatas menabung atau meminjam.

-Masih ada kesenjangan besar: banyak yang “punya rekening” tapi tidak tahu bagaimana memanfaatkan untuk pertumbuhan aset.

Survei ini menguatkan fakta: mindset-lah yang jadi pembeda utama. Mereka yang melek literasi keuangan lebih berani mengambil risiko terukur.

Sementara sebagian besar masyarakat tetap terjebak pada pola pikir: “yang penting aman, meski uang tidak bertumbuh.”

 

Kisah Nyata Seorang Pekerja Biasa

Budi (nama samaran), seorang karyawan pabrik di Bekasi, menjadi contoh menarik. Lima tahun lalu, gajinya Rp4 juta per bulan, hampir selalu habis sebelum akhir bulan.

Namun sebuah pelatihan literasi keuangan yang difasilitasi komunitas lokal mengubah jalan hidupnya.

Budi mulai menerapkan prinsip sederhana: sisihkan, jangan sisakan. Setiap bulan, ia alokasikan 20% gaji untuk investasi reksa dana pasar uang. Saat gaji naik, ia diversifikasi ke emas dan saham bluechip.

Awalnya sulit. Teman-teman menganggapnya pelit, sementara ia menahan diri dari cicilan motor mewah. Namun mindset baru membuatnya konsisten.

Kini, di usia 35 tahun, Budi sudah punya tabungan investasi hampir Rp300 juta.

Kisah Budi membuktikan: perubahan mindset soal uang, investasi, dan risiko bisa mengangkat seseorang dari pekerja biasa menjadi calon mapan.


Pola Pikir yang Membuat Orang Kaya Berbeda

Pola Pikir yang Membuat Orang Kaya Berbeda

-Fokus pada aset, bukan hanya pendapatan.
Orang kaya berpikir bagaimana menambah aset yang memberi arus kas jangka panjang.

-Menghargai waktu lebih dari uang.
Mereka rela membayar untuk efisiensi, tapi berinvestasi waktu untuk belajar hal baru.

-Berani mengambil risiko terukur.
Bukan berjudi, tapi mempelajari peluang dan menghitung kemungkinan.

-Melihat kegagalan sebagai pelajaran.
Sementara orang biasa takut rugi, orang kaya menjadikannya investasi pengalaman.

 

Tantangan Literasi Keuangan di Indonesia

Meski kisah Budi inspiratif, faktanya jutaan orang Indonesia masih gagap soal finansial. OJK mencatat masalah utama:

-Kurangnya akses informasi edukasi. Banyak masyarakat lebih percaya gosip finansial ketimbang sumber resmi.

-Budaya konsumtif. Media sosial sering membuat orang berlomba pamer gaya hidup ketimbang membangun fondasi keuangan.

-Ketakutan akan risiko. Banyak yang trauma dengan kasus investasi bodong, sehingga memilih tidak berinvestasi sama sekali.


Jalan Keluar Edukasi & Mindset Baru

Untuk mengubah keadaan, perlu langkah kolektif:

-Edukasi sejak dini. Literasi finansial harus masuk kurikulum sekolah.

-Kampanye publik. OJK bersama bank dan fintech perlu memperbanyak konten edukatif.

-Komunitas belajar. Seperti yang dialami Budi, lingkungan yang mendukung sangat penting.

umkmgodigital.web.id

Mindset finansial adalah kunci pembeda orang kaya dan orang biasa.

Orang kaya melihat uang sebagai alat untuk bertumbuh, sementara orang biasa cenderung hanya melihatnya sebagai alat tukar.

Survei OJK menegaskan bahwa literasi keuangan masyarakat masih rendah, padahal inilah pondasi untuk membangun kekayaan jangka panjang.

Kisah Budi membuktikan bahwa dengan mindset baru, bahkan pekerja biasa bisa naik kelas.

Mengubah pola pikir soal uang, investasi, dan risiko bukanlah pilihan, melainkan kebutuhan. Jika tidak, kesenjangan finansial akan terus melebar.
Jasa Pembuatan Website
Jasa Press Release Media Online
Jasa Pembuatan Website UMKM
Pelatihan Digital Marketing untuk UMKM
PixxelPro Digital ID