Copyright 2025 © GM Academy
UMKM Go Digital: Jasa Pembuatan Website UMKM, Sekolah dan Pesantren.
UMKM Go Digital: Jasa Pembuatan Website UMKM, Sekolah dan Pesantren.
Jasa Pembuatan Website UMKM
Jasa Pelatihan Digital Marketing
Jasa Pembuatan Website Sekolah
Jasa Pelatihan Digital Marketing
Jasa Optimasi SEO untuk UMKM
Jasa Pelatihan Digital Marketing UMKM
Jasa Press Release Media Online
Pelatihan Digital Marketing di Sekolah
Program Magang Digital Marketing SMK dan Mahasiswa
Pelatihan Pemasaran Digital UMKM
Jasa Optimasi Digital Marketing
Jasa Optimasi Digital Marketing

Data OJK Ungkap Rendahnya Pemahaman, Jeratan Pinjol, dan Investasi Bodong

Data OJK menunjukkan literasi keuangan masyarakat Indonesia masih rendah.
Jasa Pembuatan Website

Literasi Keuangan Indonesia, Rendahnya Pemahaman, Jeratan Pinjol, dan Investasi Bodong

Apakah Anda tahu bahwa meskipun akses ke layanan keuangan semakin mudah, banyak masyarakat Indonesia justru terjebak dalam lingkaran utang, investasi bodong, atau gagal menabung?

Menurut Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) OJK, tingkat literasi keuangan Indonesia pada 2022 baru mencapai 49,68%.

Artinya, hanya setengah dari penduduk yang benar-benar memahami bagaimana mengelola uang secara bijak.

Pertanyaan besarnya: Mengapa angka literasi keuangan ini masih rendah? Dan mengapa masyarakat kita rentan tergoda janji manis pinjaman online atau skema investasi bodong?


Data OJK, Fakta Rendahnya Literasi Keuangan di Indonesia

OJK rutin melakukan survei untuk mengukur literasi dan inklusi keuangan masyarakat. Hasil terbaru menunjukkan bahwa:

-Literasi keuangan: 49,68%

-Inklusi keuangan: 85,10%

Perbedaan signifikan ini menunjukkan bahwa banyak orang sudah memiliki akses ke produk keuangan, tetapi tidak tahu cara mengelolanya dengan benar.

Dampaknya?

-Pinjaman online ilegal tumbuh subur karena masyarakat mudah tergiur uang cepat.

-Investasi bodong marak karena banyak orang tidak bisa membedakan legalitas produk keuangan.

-Keluarga menengah kerap gagal mengatur cashflow bulanan, meskipun punya penghasilan tetap.


Investigasi, Mengapa Banyak Orang Gagal Kelola Uang?

Kurangnya Pendidikan Finansial Sejak Dini

Di sekolah, siswa diajarkan matematika, IPA, atau sejarah.

Tetapi, jarang sekali ada mata pelajaran tentang manajemen keuangan pribadi.

Padahal, kemampuan mengelola uang adalah keterampilan hidup yang esensial.

Gaya Hidup Konsumtif

Fenomena “paylater” dan kemudahan belanja online membuat masyarakat cenderung konsumtif. Belanja impulsif sering kali lebih dominan dibanding menabung.

Terjebak Utang dan Pinjaman Online

Banyak orang tidak memahami bunga majemuk. Misalnya, pinjaman dengan bunga harian 0,8% tampak kecil, padahal jika dikalkulasikan dalam sebulan bisa mencapai 24%.

Kurangnya Kesadaran Investasi Sehat

Mayoritas masyarakat lebih memilih menaruh uang di tabungan konvensional ketimbang berinvestasi di instrumen yang bisa melawan inflasi, seperti reksa dana, saham, atau emas.


Kisah Nyata Keluarga yang Terjebak Pinjol

Sebut saja keluarga Sari (nama samaran), pasangan muda dengan dua anak di Bekasi.

Suami bekerja sebagai karyawan pabrik dengan gaji Rp5 juta, sementara istri membuka usaha kecil-kecilan dari rumah.

Awalnya, mereka mengambil pinjaman online sebesar Rp2 juta untuk biaya sekolah anak.

Namun, karena jatuh tempo cepat dan bunga tinggi, mereka gagal membayar tepat waktu.

Utang pun berbunga, dari Rp2 juta membengkak menjadi Rp10 juta hanya dalam 3 bulan.

Bukan hanya stres finansial, mereka juga mengalami tekanan psikologis akibat teror penagih yang menghubungi keluarga besar hingga tetangga.

Kisah keluarga Sari adalah potret nyata bagaimana rendahnya literasi keuangan membuat banyak orang terjerat utang yang sulit keluar.


Analisis, Mengapa Literasi Keuangan Itu Penting?

Orang dengan literasi keuangan yang baik akan mampu:

-Membuat anggaran bulanan (budgeting).

-Menghindari utang konsumtif.

-Memilih produk investasi legal dan sesuai profil risiko.

-Menyiapkan dana darurat serta tabungan pensiun.

Sementara orang dengan literasi rendah cenderung:

-Mengandalkan utang untuk menutupi kebutuhan dasar.

-Mudah tergoda investasi bodong dengan iming-iming “untung cepat”.

-Tidak punya tabungan, sehingga rentan saat ada kondisi darurat.


Studi OJK, Investasi Bodong dan Pinjaman Online

OJK mencatat bahwa pada 2023 saja terdapat lebih dari 1.400 entitas investasi ilegal yang ditutup.

Modus yang digunakan bervariasi, mulai dari skema ponzi, trading abal-abal, hingga arisan online fiktif.

Sedangkan kasus pinjaman online ilegal terus meningkat karena mudah diakses dan menjanjikan pencairan instan.

Padahal, risiko bunga mencekik sangat besar.


Grafik literasi keuangan OJK di Indonesia tahun terbaru

Bagaimana Cara Mengubah Situasi Ini?

Edukasi Keuangan Sejak Sekolah

Literasi keuangan sebaiknya dimasukkan dalam kurikulum sejak SMP hingga SMA, misalnya melalui simulasi menabung, investasi sederhana, atau belajar mengatur keuangan rumah tangga.

Peran OJK dan Pemerintah

OJK perlu memperluas program Edukasi Keuangan Nasional, tidak hanya di kota besar, tetapi juga hingga desa-desa dengan pendekatan yang mudah dipahami.

Kesadaran Masyarakat

Masyarakat perlu menyadari bahwa uang bukan hanya untuk dibelanjakan, tetapi juga dikelola.

Investasi bukan berarti harus selalu besar, bahkan mulai dari Rp100 ribu per bulan bisa menjadi awal yang baik.

Media dan Influencer

Peran media dan influencer juga krusial dalam menyampaikan literasi keuangan dengan bahasa populer agar lebih mudah diterima generasi muda.

 

Dari Pinjol ke Investasi

Berbeda dengan kisah keluarga Sari, ada cerita inspiratif dari Riko, seorang sopir ojek online di Jakarta. Dulu ia kerap menggunakan pinjaman online untuk menutup biaya sehari-hari.

Namun, setelah mengikuti program edukasi keuangan dari komunitas OJK, ia belajar menabung dan berinvestasi emas.

Kini, Riko berhasil memiliki tabungan darurat setara 6 bulan gajinya dan mulai berinvestasi di reksa dana pasar uang.

Kisah Riko menunjukkan bahwa dengan mindset baru, siapa pun bisa keluar dari jeratan utang dan mulai membangun masa depan finansial.

 

Data OJK menunjukkan betapa pentingnya literasi keuangan di Indonesia.

Akses ke layanan keuangan memang tinggi, tetapi tanpa pemahaman yang memadai, masyarakat justru terjebak dalam utang dan investasi ilegal.

Kisah nyata keluarga Sari menjadi pelajaran bahwa minimnya literasi bisa membawa malapetaka finansial.

Namun, kisah Riko juga memberi harapan bahwa dengan edukasi yang tepat, siapa pun bisa mengubah nasib keuangan mereka.

Jika kita ingin masyarakat Indonesia lebih sejahtera, maka literasi keuangan harus menjadi prioritas nasional, bukan hanya jargon.

umkmgodigital.web.id
Jasa Pembuatan Website
Jasa Press Release Media Online
Jasa Pembuatan Website UMKM
Pelatihan Digital Marketing untuk UMKM
PixxelPro Digital ID