Copyright 2025 © GM Academy
UMKM Go Digital: Jasa Pembuatan Website UMKM, Sekolah dan Pesantren.
UMKM Go Digital: Jasa Pembuatan Website UMKM, Sekolah dan Pesantren.
Jasa Pembuatan Website UMKM
Jasa Pelatihan Digital Marketing
Jasa Pembuatan Website Sekolah
Jasa Pelatihan Digital Marketing
Jasa Optimasi SEO untuk UMKM
Jasa Pelatihan Digital Marketing UMKM
Jasa Press Release Media Online
Pelatihan Digital Marketing di Sekolah
Program Magang Digital Marketing SMK dan Mahasiswa
Pelatihan Pemasaran Digital UMKM
Jasa Optimasi Digital Marketing
Jasa Optimasi Digital Marketing

Fakta 99% Kelas Menengah, Rekening Bank Indonesia di Bawah Rp100 Juta

Laporan investigatif tentang realita finansial masyarakat Indonesia di mana 99% rekening berada di bawah Rp100 juta. Mengulas tantangan kelas menengah
Jasa Pembuatan Website

Fakta 99% Rekening Bank Indonesia di Bawah Rp100 Juta


Di sebuah kafe sederhana di Jakarta Timur, Andini (29), seorang karyawan swasta, membuka layar ponselnya untuk mengecek saldo tabungan. Angka yang muncul: Rp2,7 juta.

Gaji bulanannya sekitar Rp6 juta, namun setelah membayar kos, cicilan motor, makan sehari-hari, hingga kebutuhan tak terduga, sisanya selalu tipis.

“Andaikan saya bisa menabung Rp1 juta per bulan pun, rasanya berat sekali,” ujarnya lirih.

Cerita Andini adalah potret nyata jutaan kelas menengah Indonesia: bekerja keras, terlihat “mapan” dari luar, namun rapuh secara finansial.

Laporan terbaru OJK dan LPS 2024 menyebutkan: 99% rekening masyarakat Indonesia memiliki saldo di bawah Rp100 juta.

Fakta ini menunjukkan betapa sulitnya mayoritas penduduk—terutama kelas menengah—untuk membangun tabungan yang stabil.


Data yang Membuka Mata

Mengutip riset keuangan nasional, distribusi rekening bank di Indonesia terlihat timpang.

->99% rekening berisi kurang dari Rp100 juta.

-Mayoritas saldo berada di bawah Rp5 juta.

-Hanya 0,8% rekening yang memiliki saldo di atas Rp500 juta, namun kelompok kecil inilah yang menguasai hampir 50% dana simpanan di bank.

Fenomena ini bukan sekadar angka, melainkan narasi ketidaksetaraan finansial.

Sementara sebagian kecil orang menikmati bunga deposito miliaran rupiah, mayoritas masyarakat berjuang mempertahankan saldo yang tak pernah bertahan lama.


Beban Kelas Menengah Terjepit di Tengah

Kelas menengah sering digadang-gadang sebagai tulang punggung ekonomi. Mereka membayar pajak, menggerakkan konsumsi, sekaligus menjadi target utama produk finansial. Namun realitasnya:

-Biaya hidup melonjak – Harga kebutuhan pokok, transportasi, hingga perumahan meningkat lebih cepat dibanding kenaikan gaji.

-Cicilan konsumtif – Kredit motor, kartu kredit, hingga cicilan e-commerce membuat tabungan terkuras.

-Minim dana darurat – Survei menunjukkan 6 dari 10 keluarga kelas menengah hanya memiliki dana cadangan kurang dari 1 bulan biaya hidup.

Seorang analis finansial dari Universitas Indonesia menegaskan:
Kelas menengah rentan jatuh miskin ketika terjadi krisis. Mereka bukan tidak berpenghasilan, tapi tabungan mereka terlalu tipis untuk bertahan.”


Kisah di Balik Angka

Cerita Dimas, Guru Honorer

Dimas (34), guru honorer di Bekasi, menabung hanya Rp200 ribu per bulan. 

“Itu pun sering terpakai lagi sebelum akhir bulan,” katanya. Baginya, memiliki rekening dengan saldo Rp100 juta terdengar seperti mimpi jauh.

Keluarga Arif di Surabaya

Arif dan istrinya bekerja di sektor swasta, penghasilan gabungan Rp12 juta. Namun biaya sekolah anak dan cicilan rumah menghabiskan hampir semuanya. 

Tabungan keluarga mereka stagnan di kisaran Rp7–8 juta setiap bulan.

Kisah-kisah ini memperlihatkan wajah nyata data “99% rekening di bawah Rp100 juta.” Bukan karena malas menabung, melainkan sistem ekonomi yang membuat tabungan selalu terkikis.


Perspektif Ekonomi Mengapa Sulit Menabung?

Upah yang Tidak Seimbang dengan Inflasi

Kenaikan gaji rata-rata pekerja Indonesia hanya sekitar 3–5% per tahun. Sementara inflasi riil kebutuhan pokok bisa mencapai 8–10%.

Kurangnya Instrumen Tabungan Mikro

Produk perbankan lebih fokus pada deposito besar atau investasi. Program tabungan mikro dengan bunga kompetitif jarang dipromosikan.

Rendahnya Literasi Keuangan

Banyak masyarakat kelas menengah belum memiliki strategi pengelolaan keuangan. Mereka sering terjebak pada cicilan konsumtif tanpa menyiapkan dana darurat.


Program Tabungan Mikro dan Inklusi Finansial


Seruan Program Tabungan Mikro dan Inklusi Finansial

Menghadapi realita ini, para ahli menekankan pentingnya program tabungan mikro. Bank dan fintech bisa menawarkan:

-Tabungan mikro otomatis – Setiap transaksi belanja menyisihkan Rp5.000–Rp10.000 ke tabungan.

-Bunga kompetitif untuk saldo kecil – Memberikan insentif bagi masyarakat berpenghasilan rendah dan menengah.

-Asuransi mikro terintegrasi – Perlindungan kesehatan atau kecelakaan dengan premi sangat rendah.

-Edukasi literasi keuangan di kampus & komunitas – Mahasiswa bisa menjadi pionir mengajarkan pentingnya menabung sejak dini.


Implikasi Sosial Risiko Kesenjangan

Jika 99% rekening tetap berada di bawah Rp100 juta, dampaknya serius:

-Rentan krisis: Satu musibah bisa membuat keluarga jatuh miskin.

-Ketidaksetaraan semakin lebar: Kekayaan menumpuk di kelompok kecil.

-Daya beli melemah: Kelas menengah kehilangan kemampuan konsumsi jangka panjang.

Ekonom senior bahkan menyebut fenomena ini sebagai “middle class squeeze”: kelompok yang terlihat mapan, namun nyatanya rapuh secara struktural.


Investigasi

Fenomena 99% rekening di bawah Rp100 juta bukan sekadar statistik. Ini adalah cermin rapuhnya finansial kelas menengah Indonesia.

Dari kisah Andini, Dimas, hingga keluarga Arif, kita melihat bagaimana kerja keras sering tak berbanding lurus dengan kemampuan menabung. 

Maka, seruan untuk program tabungan mikro, literasi keuangan, dan inklusi finansial yang lebih dalam menjadi mendesak.

Jika tidak ada terobosan, mimpi memiliki tabungan Rp100 juta akan tetap menjadi “mimpi jauh” bagi mayoritas rakyat Indonesia.


Jasa Pembuatan Website
Jasa Press Release Media Online
Jasa Pembuatan Website UMKM
Pelatihan Digital Marketing untuk UMKM
PixxelPro Digital ID