Namun realitas sering kali berlawanan. Sejumlah tokoh terkaya dunia justru dikenal menjalani gaya hidup yang sederhana, bahkan lebih hemat dibandingkan orang kebanyakan.
Fenomena ini menarik karena menunjukkan bahwa kekayaan sejati bukan hanya soal seberapa banyak uang yang dimiliki, melainkan bagaimana cara seseorang mengelola hidupnya.
Artikel ini akan membedah fakta mengejutkan dari kebiasaan hemat para miliarder seperti:
Mark
Zuckerberg, Ingvar Kamprad (pendiri IKEA), hingga Warren Buffett,
serta bagaimana filosofi mereka bisa menjadi inspirasi.
Mark
Zuckerberg Kaos Abu-Abu yang Jadi Filosofi Hidup
Mark Zuckerberg, pendiri Facebook
(Meta), kerap terlihat hanya mengenakan kaos abu-abu sederhana. Padahal,
kekayaannya mencapai ratusan miliar dolar.
Dalam sebuah wawancara, Zuckerberg mengungkapkan bahwa alasan ia memilih pakaian sederhana adalah untuk mengurangi pengambilan keputusan kecil sehari-hari.
Bagi Zuckerberg, energi
mentalnya lebih baik digunakan untuk hal-hal besar, bukan memilih pakaian.
“Saya ingin hidup saya lebih
sederhana, sehingga saya bisa fokus pada hal-hal yang lebih penting bagi
dunia.” – Mark Zuckerberg
Selain pakaian, Zuckerberg juga
tidak terlihat mengumbar gaya hidup glamor. Rumahnya di Palo Alto, California,
relatif sederhana jika dibandingkan dengan harta kekayaannya.
Ingvar
Kamprad Pendiri IKEA yang Masih Naik Bus Umum
Nama Ingvar Kamprad, pendiri IKEA, menjadi salah satu contoh ekstrem tentang hidup hemat.
Walaupun sempat
masuk jajaran orang terkaya dunia versi Forbes, Kamprad tetap memilih gaya
hidup sederhana:
-Ia sering naik transportasi umum meski mampu membeli pesawat
pribadi.
-Tinggal di rumah sederhana di Swiss dan Swedia.
-Menggunakan furnitur IKEA yang ia rakit sendiri.
-Menggunakan kupon diskon saat berbelanja.
Kamprad berprinsip bahwa kesederhanaan adalah bagian dari nilai inti IKEA.
Filosofinya ini bukan sekadar gaya
hidup pribadi, tetapi juga mengalir dalam budaya perusahaan yang ia bangun.
Warren
Buffett Miliarder dengan Rumah Lama yang Sama
Jika berbicara soal gaya hidup hemat miliarder, nama Warren Buffett tidak boleh terlewat.
Meski dikenal
sebagai investor tersukses di dunia dengan kekayaan lebih dari USD 100 miliar,
Buffett tetap tinggal di rumah yang sama di Omaha, Nebraska, yang ia beli tahun
1958 seharga USD 31.500.
Ia juga lebih suka sarapan di McDonald’s ketimbang restoran mewah.
Buffett kerap menyebut bahwa kekayaan bukan
alasan untuk berfoya-foya, melainkan kesempatan untuk berinvestasi dan
memberi dampak sosial lebih luas.
Carlos
Slim Menghindari Kehidupan Glamor
Miliarder asal Meksiko, Carlos Slim, yang pernah menyandang predikat orang terkaya di dunia, juga dikenal dengan hidup hematnya.
Ia masih tinggal di rumah yang sama sejak lebih dari 40 tahun lalu.
Slim menekankan pentingnya hidup sederhana, menjaga nilai keluarga, dan menghindari gaya hidup glamor yang hanya menimbulkan tekanan sosial.
Fenomena miliarder yang hidup
sederhana bukan kebetulan. Dari penelitian psikologi keuangan, ada beberapa
faktor utama:
Pola pikir jangka panjang
Mereka melihat uang sebagai alat investasi, bukan untuk konsumsi.
Efisiensi pengambilan keputusan
Dengan mengurangi hal-hal kecil (seperti pilihan baju), mereka bisa fokus pada
hal besar.
Kesadaran sosial
Banyak miliarder merasa tidak perlu memamerkan kekayaan karena yang lebih
penting adalah kontribusi mereka pada masyarakat.
Hidup sesuai kebutuhan, bukan gengsi
Filosofi ini menjadi pembeda antara kaya sejati dan sekadar ingin terlihat
kaya.
Kisah
Menginspirasi dari Hidup Hemat
Cerita-cerita ini punya sisi human interest yang kuat.
Bayangkan, seseorang yang memiliki kekayaan ratusan miliar
dolar masih memilih naik bus, makan di restoran cepat saji, atau tinggal di
rumah sederhana.
Di sisi lain, banyak orang yang belum mapan justru terjebak gaya hidup konsumtif demi gengsi.
Fenomena ini
menunjukkan bahwa kesuksesan bukan soal apa yang terlihat di luar, melainkan
bagaimana seseorang mengelola prioritas hidupnya.
Pelajaran
yang Bisa Dipetik
Dari kisah para miliarder hemat, ada
beberapa pelajaran penting yang bisa kita terapkan:
-Utamakan nilai, bukan gengsi. Barang branded tidak selalu membuat bahagia.
-Investasikan uang, bukan habiskan. Gunakan uang untuk hal produktif yang menambah aset.
-Kesederhanaan itu kekuatan. Hidup sederhana membuat pikiran lebih tenang dan fokus.
-Prioritaskan pengalaman daripada barang. Seperti Buffett yang lebih suka bermain bridge atau membaca buku ketimbang pesta glamor.
Cerita Mark Zuckerberg dengan kaos abu-abunya, Ingvar Kamprad yang naik bus, hingga Warren Buffett dengan rumah lamanya, memberi pesan mendalam:
kekayaan sejati bukanlah tentang
memamerkan, tetapi tentang bagaimana kita hidup dengan nilai yang konsisten.
Hidup hemat ala miliarder dunia membuktikan bahwa kesuksesan tidak harus ditandai dengan kemewahan.
Justru,
kesederhanaan sering kali menjadi kunci untuk fokus pada hal-hal yang
benar-benar penting dalam hidup: keluarga, karya, dan kontribusi bagi
masyarakat.