Copyright 2025 © GM Academy
UMKM Go Digital: Jasa Pembuatan Website UMKM, Sekolah dan Pesantren.
UMKM Go Digital: Jasa Pembuatan Website UMKM, Sekolah dan Pesantren.
Jasa Pembuatan Website UMKM
Jasa Pelatihan Digital Marketing
Jasa Pembuatan Website Sekolah
Jasa Pelatihan Digital Marketing
Jasa Optimasi SEO untuk UMKM
Jasa Pelatihan Digital Marketing UMKM
Jasa Press Release Media Online
Pelatihan Digital Marketing di Sekolah
Program Magang Digital Marketing SMK dan Mahasiswa
Pelatihan Pemasaran Digital UMKM
Jasa Optimasi Digital Marketing
Jasa Optimasi Digital Marketing

Diversifikasi Portofolio: Cara Menggabungkan Saham, Obligasi, dan Kripto

Temukan rahasia diversifikasi portofolio investasi. Pahami cara menggabungkan aset saham, obligasi, dan kripto agar lebih aman dan menguntungkan.
Jasa Pembuatan Website



Pelajari cara menggabungkan berbagai aset agar portofolio Anda lebih kuat.

Ada pepatah investasi yang sering kita dengar: “jangan menaruh semua telur dalam satu keranjang.” Artinya, jangan menaruh seluruh uang Anda di satu instrumen saja. Kenapa? Karena setiap aset punya risiko dan pergerakan yang berbeda.


Dengan diversifikasi, kerugian di satu aset bisa ditutupi keuntungan di aset lain. Inilah strategi dasar yang membuat portofolio lebih stabil, apalagi jika tujuan Anda jangka panjang.


Dalam artikel ini, kita akan bahas cara menggabungkan saham, obligasi, dan kripto—tiga instrumen populer dengan karakteristik berbeda—untuk menciptakan portofolio yang seimbang.

Mengenal Tiga Aset Utama

1. Saham

Apa itu? Bukti kepemilikan di sebuah perusahaan.

Keuntungan: potensi pertumbuhan tinggi, bisa memberikan dividen.

Risiko: fluktuasi tajam, dipengaruhi kondisi pasar dan kinerja perusahaan.

Cocok untuk: investor agresif atau yang punya horizon jangka panjang (≥5 tahun).


2. Obligasi

Apa itu? Surat utang yang diterbitkan pemerintah atau perusahaan.

Keuntungan: bunga tetap, risiko lebih rendah daripada saham.

Risiko: bisa terpengaruh perubahan suku bunga atau gagal bayar penerbit.

Cocok untuk: investor konservatif hingga moderat yang butuh pendapatan rutin.


3. Kripto

Apa itu? Aset digital berbasis blockchain seperti Bitcoin, Ethereum, dll.

Keunggulan: peluang meraih profit tinggi dalam waktu relatif singkat serta akses likuiditas di pasar global.

Risiko: volatilitas ekstrem, regulasi belum seragam, rawan spekulasi.

Cocok untuk: investor dengan toleransi risiko tinggi dan modal “ekstra” (uang dingin).


Prinsip Dasar Diversifikasi

Sebelum menggabungkan ketiganya, pahami dulu prinsip dasar diversifikasi:

Kenali profil risiko

Apakah Anda konservatif, moderat, atau agresif? Ini menentukan seberapa besar porsi tiap aset


Sesuaikan dengan tujuan

Jangka pendek → lebih banyak obligasi.

Jangka menengah → kombinasi seimbang.

Jangka panjang → saham lebih dominan.


Gunakan alokasi yang realistis

Diversifikasi bukan sekadar “punya semuanya,” tapi porsi yang tepat sesuai kondisi keuangan Anda.


Contoh Alokasi Portofolio

A. Profil Konservatif

Tujuan: stabilitas, lebih mementingkan keamanan modal

70% Obligasi

20% Saham blue-chip

10% Kripto (opsional, hanya jika nyaman dengan risiko)


B. Profil Moderat

Tujuan: keseimbangan antara pertumbuhan dan stabilitas.

50% Obligasi

35% Saham (campuran blue-chip & sektor potensial)

15% Kripto utama (misalnya Bitcoin/Ethereum)


C. Profil Agresif

Tujuan: pertumbuhan maksimal, siap menghadapi fluktuasi besar.

20% Obligasi

50% Saham (lebih banyak sektor bertumbuh)

30% Kripto (dengan strategi jelas, bukan spekulasi murni

Catatan: Angka di atas hanyalah contoh. Anda bisa menyesuaikan sesuai kenyamanan, tujuan, dan kondisi keuangan.

Anda bisa menciptakan portofolio yang tangguh untuk menghadapi gejolak pasar.

Tips Menggabungkan Saham, Obligasi, dan Kripto

1. Mulai dari Pondasi yang Stabil

Jadikan obligasi (atau reksadana pendapatan tetap) sebagai pondasi. Dengan cara ini, meskipun saham atau kripto mengalami penurunan, portofolio Anda tetap memiliki “penopang” yang menjaga kestabilan.


2. Pilih Saham Berkualitas

Jika modal terbatas, lebih baik fokus ke saham blue-chip atau reksadana saham indeks. Saham-saham ini cenderung lebih stabil dan likuid.


3. Kelola Eksposur Kripto dengan Bijak

Bagi pemula, sebaiknya batasi alokasi kripto maksimal 10–20% dari total portofolio.

Fokuslah pada kripto utama seperti Bitcoin dan Ethereum, serta hindari altcoin yang terlalu bersifat spekulatif.

Gunakan uang dingin, jangan dana kebutuhan sehari-hari.


4. Gunakan Strategi Dollar-Cost Averaging (DCA)

Investasi berkala dengan nominal tetap membantu meratakan harga beli, baik di saham maupun kripto. Ini membuat Anda tidak terlalu pusing soal timing.


5. Rebalancing Secara Berkala

Harga aset bisa bergerak jauh dari porsi awal. Misalnya, porsi kripto tiba-tiba melonjak jadi 40% karena harga naik. Lakukan rebalancing dengan menjual sebagian lalu kembalikan ke porsi awal agar risiko tetap terjaga.


6. Pahami Likuiditas

Obligasi bisa butuh waktu beberapa hari untuk dicairkan, sementara saham dan kripto relatif lebih cepat. Pastikan Anda punya cadangan dana darurat di luar portofolio investasi.


Skenario Nyata: Investor Moderat

Bayangkan Andi, 28 tahun, ingin mempersiapkan dana pernikahan dalam 5 tahun. Profilnya moderat.

Ia alokasikan 50% ke obligasi pemerintah (SBN ritel).

35% ke saham IDX30 lewat reksadana saham.

15% ke Bitcoin dan Ethereum dengan pembelian bertahap Rp500 ribu per bulan.

Setiap tahun, Andi mengecek portofolionya. Saat kripto melonjak tinggi, ia melepas sebagian kepemilikannya untuk kembali menyeimbangkan porsi portofolio. Dengan cara ini, Andi tetap ikut “pesta” pertumbuhan kripto tanpa mengorbankan tujuan utamanya.


Kesalahan Umum Saat Diversifikasi

-Menaruh porsi kripto terlalu besar sering kali hanya didorong oleh godaan cerita “cuan instan.”

-Tidak punya dana darurat sehingga investasi jadi kacau saat butuh dana cepat

-Tidak disiplin rebalancing sehingga portofolio jadi miring ke satu instrumen.

-Terlalu sering gonta-ganti aset karena ikut berita atau tren sesaat.

-Lupa tujuan awal—investasi jadi sekadar ikut-ikutan, bukan strategi jangka panjang.

 

Diversifikasi portofolio bukan hanya soal memiliki banyak aset, melainkan juga menata proporsi yang tepat antara saham, obligasi, hingga kripto sesuai tujuan, profil risiko, dan jangka waktu investasi Anda.

Saham → potensi pertumbuhan tinggi.

Obligasi → stabilitas dan pendapatan tetap.

Kripto → peluang besar, tapi risiko tinggi.


Gabungkan ketiganya secara proporsional, lalu disiplin melakukan investasi rutin dan evaluasi berkala. Dengan begitu, portofolio Anda tidak hanya tumbuh, tapi juga lebih tahan menghadapi guncangan pasar.

Jasa Pembuatan Website
Jasa Press Release Media Online
Jasa Pembuatan Website UMKM
Pelatihan Digital Marketing untuk UMKM
PixxelPro Digital ID