Copyright 2025 © GM Academy
UMKM Go Digital: Jasa Pembuatan Website UMKM, Sekolah dan Pesantren.
UMKM Go Digital: Jasa Pembuatan Website UMKM, Sekolah dan Pesantren.
Jasa Pembuatan Website UMKM
Jasa Pelatihan Digital Marketing
Jasa Pembuatan Website Sekolah
Jasa Pelatihan Digital Marketing
Jasa Optimasi SEO untuk UMKM
Jasa Pelatihan Digital Marketing UMKM
Jasa Press Release Media Online
Pelatihan Digital Marketing di Sekolah
Program Magang Digital Marketing SMK dan Mahasiswa
Pelatihan Pemasaran Digital UMKM
Jasa Optimasi Digital Marketing
Jasa Optimasi Digital Marketing

Literasi Keuangan Untuk Generasi Muda, Dari SNLIK hingga Program OJK

Bagaimana logika (bernalar) dan edukasi (belajar) dari OJK membentuk keputusan finansial bijak (berduit) dalam kehidupan sehari-hari.
Jasa Pembuatan Website


Bernalar, Belajar, dan Berduit.

 

umkmgodigital.web.id - Suatu sore di Malang, Raka, mahasiswa semester akhir, duduk di sebuah kafe kecil sambil menatap layar ponselnya. Di layar itu terpampang notifikasi tagihan kartu kredit yang menumpuk.

 Di saat bersamaan, temannya mengajak ikut investasi saham lewat aplikasi baru. Raka bimbang—antara ingin cepat kaya dan takut terjerat utang.

Perasaan gamang seperti Raka bukan cerita tunggal. Banyak anak muda menghadapi dilema serupa: bagaimana cara mengelola uang di era digital yang penuh tawaran finansial instan.

 Di titik inilah literasi keuangan menjadi kunci. Seperti yang ditegaskan dalam kampanye OJK, “Bernalar. Belajar. Berduit.” : logika yang sehat (bernalar), pengetahuan yang benar (belajar), akhirnya menuntun pada kesejahteraan (berduit).


Potret Literasi dan Inklusi Keuangan Indonesia

Berdasarkan Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) 2025 yang dirilis OJK dan BPS, angka literasi keuangan Indonesia mencapai 66,46%, sedangkan inklusi keuangan berada di level 80,51%. Ini peningkatan signifikan dari periode sebelumnya, namun masih ada kesenjangan serius.

-Kelompok rentan dengan literasi rendah meliputi: perempuan, masyarakat pedesaan, usia 15–17 tahun, usia lanjut 51–79 tahun, serta mereka dengan pendidikan rendah dan pekerjaan informal.

-Semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin besar pula peluang literasi dan inklusi keuangan mereka.

-Urban–rural gap terlihat jelas: akses informasi dan layanan finansial masih lebih mudah dijangkau di kota dibandingkan desa.

Data ini menegaskan bahwa perjalanan menuju “berduit” tidak bisa dilepaskan dari usaha kolektif memperkuat literasi, khususnya bagi kelompok rentan.


Bernalar, Menggunakan Logika dalam Keputusan Finansial

Mengapa banyak orang masih salah langkah dalam finansial? Penyebabnya beragam: minimnya pengetahuan, pengaruh media sosial, hingga perilaku impulsif.

Di era digital, iklan produk keuangan sering membombardir pengguna smartphone: pinjaman online cepat cair, investasi kripto berlipat ganda, hingga promo kartu kredit. Tanpa bernalar, seseorang mudah tergoda janji manis tanpa memikirkan risiko.

Menurut OJK, Digital Financial Literacy (DFL) menjadi benteng awal. Bernalar berarti:

-Membandingkan produk keuangan sebelum memutuskan.

-Memahami risiko vs imbal hasil.

-Tidak sekadar ikut-ikutan tren.

-Menyaring informasi sebelum bertindak.

Kasus Raka kembali relevan: setelah belajar memilah informasi, ia menyadari bahwa produk investasi yang ditawarkan temannya tidak terdaftar di OJK. Logika sederhana itu menyelamatkan uangnya.


Belajar, Edukasi Keuangan sebagai Pondasi

Bernalar saja tidak cukup jika tidak diimbangi belajar. Disinilah OJK berperan aktif. Melalui berbagai modul edukasi, termasuk DFL (Digital Financial Literacy), OJK menyasar masyarakat luas, mulai dari pelajar hingga pekerja.

Beberapa contoh nyata:

-Edukasi keuangan di kampus Malang, OJK menggelar seminar interaktif membahas cara memilih produk keuangan digital yang aman.

-Program literasi keuangan di desa, bekerja sama dengan BUMDes, memberikan pemahaman soal tabungan digital dan proteksi asuransi mikro.

Belajar literasi keuangan berarti membuka mata terhadap realitas baru: bahwa mengelola uang tidak lagi sekadar menabung di celengan, tetapi juga menguasai instrumen digital dengan aman.


Merintis Jalan Literasi Finansial


Berduit, Hasil dari Proses Bernalar dan Belajar

Apa arti “berduit” dalam konteks literasi finansial? Bukan sekadar memiliki uang banyak, melainkan kemampuan mengelola keuangan dengan bijak.

-Berduit adalah mampu menabung secara rutin.

-Berduit adalah berani berinvestasi setelah memahami risikonya.

-Berduit adalah terbebas dari jeratan utang konsumtif.

-Berduit adalah hidup sesuai kemampuan tanpa tekanan finansial.

Raka, setelah mengikuti program OJK, akhirnya memutuskan membuka rekening tabungan berjangka dan belajar investasi di reksadana pasar uang yang resmi diawasi OJK. Kini ia lebih tenang, lebih terarah, dan lebih percaya diri menghadapi masa depan.


Celah Literasi di Balik Angka SNLIK

Investigasi Kebijakan, Dari UU PPSK hingga Fintech

Literasi keuangan bukan hanya isu personal, melainkan kebijakan publik. Setelah lahirnya UU Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan (PPSK) 2023, OJK kini memiliki otoritas lebih luas, termasuk mengawasi fintech lending dan aset kripto.

Implikasinya jelas: masyarakat harus semakin melek literasi finansial. Tanpa pemahaman, pengguna bisa terjebak dalam layanan ilegal yang merugikan. OJK memperingatkan bahwa hingga 2025 masih banyak fintech ilegal yang beroperasi, merugikan ribuan orang.

Dengan bernalar dan belajar, masyarakat bisa lebih waspada, sekaligus memanfaatkan inovasi keuangan digital secara aman.


Raka, Ibu Desa, dan Pelajaran Kolektif

Tak hanya Raka, ada kisah Bu Siti, pedagang kecil di pedesaan. Awalnya ia terjerat pinjaman online ilegal.

Setelah mengikuti sosialisasi OJK, ia belajar menggunakan produk tabungan digital melalui BUMDes. Kini, usahanya lebih stabil, dan ia tidak lagi khawatir tiap kali ada kebutuhan mendadak.

Kisah-kisah ini menegaskan satu hal: literasi finansial bukan teori kosong. Ia nyata, menyelamatkan, dan mengubah kehidupan.


Bernalar. Belajar. Berduit.

Tiga kata sederhana ini merangkum strategi hidup finansial di era digital. Bernalar agar tidak mudah tergoda janji manis. Belajar agar mampu memahami risiko dan peluang. Hingga akhirnya, berduit—yakni hidup dengan tenang, stabil, dan mapan.

Perjalanan literasi keuangan Indonesia masih panjang. Namun, dengan dukungan OJK, perguruan tinggi, dan masyarakat, masa depan finansial yang sehat bukanlah mimpi.


Jasa Pembuatan Website
Jasa Press Release Media Online
Jasa Pembuatan Website UMKM
Pelatihan Digital Marketing untuk UMKM
PixxelPro Digital ID